Senin, 16 Mei 2016

Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Tawuran pada Remaja Laki-laki yang PernahTerlibat Tawuran di SMK'B' Jakart

HubunganantaraKecerdasanEmosidenganPerilaku TawuranpadaRemajaLaki-lakiyang PernahTerlibat Tawurandi SMK'B' Jakarta
NuriAprilia
HerdinaIndrijati

F
akultas Psikologi Universitas Airlangga


Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antar
kecerdasan emosi dengan perilaku delinkuesi pada remaja yang pernah terlibat tawuran di
Jakarta. Kecerdasan emosi yang dimaksud dalam penelitian ini diungkapkan oleh Salovey dan
Mayer (1997), sedangkan perilaku delinkuensi diungkap oleh Jensen (1992). Penelitian ini
dilakukan pada 44 remaja laki-laki berusia 15-18 tahun, pernah terlibat dalam tawuran, dan
bersekolah di SMK 'B' Jakarta. Keseluruhan responden adalah laki-laki. Alat pengumpulan
data berupa kuisioner. Skala kecerdasan emosi penulis mentranslasi alat ukur Mayer-Salovey-
Carusso Emotional Intelligence Test (MSCEIT) dalam penelitian Schutte, Malouff, & Bhullar
(2009), nilai reliabilitasnya adalah 0,924, sedangkan untuk skala perilaku tawuran disusun sendiri oleh penulis dengan nilai reliabilitas 0,917. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah statistic parametric dengan teknik uji korelasi Pearson. Uji korelasi Pearson
menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for Windows. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosi memiliki korelasi dengan perilaku delinkuensi. Besarnya koefisiensi korelasi (r) antara dua variabel tersebut adalah 0,702 dengan taraf signifikansi 0,000. Sehingga hal ini membuat hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Hasil temuan ini menunjukkan jika terdapat hubungan negatif antara kecerdasan emosi dengan Perilaku Tawuran pada Remaja Laki-laki yang Pernah Terlibat Tawuran di SMK 'B' Jakarta.
Kata kunci : Kecerdasan emosi, perilaku delinkuensi, tawuran, remaja

PENDAHULUAN
Kota Jakarta adalah Ibukota Negara Indonesia, dimana penduduknya dituntut untuk berpikiran maju dan mempunyai perkembangan yang pesat. Namun sebagai kota besar Jakarta tak lepas dari banyak permasalahan. Salah satu masalah yang terjadi adalah pada remajanya. Dari sekian banyak permasalahan yang dialami oleh remaja, yang cukup mencolok di Jakarta adalah mengenai perkelahian antar pelajar atau tawuran pelajar. Melanjutkan data tawuran pelajar oleh Bimmas Polda Metro Jaya tersebut, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan sedikitnya sudah 17 pelajar meninggal dunia akibat tawuran di wilayah Jabodetabek sejak 1 Januari 2012 hingga 26 September 2012. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya yang memakan korban 12 jiwa pelajar. Pada enam bulan pertama tahun 2012 saja telah terjadi 128 kasus tawuran di Jakarta dan 12
kasus perkelahian menyebabkan kematian. Sementara itu pada tahun 2011 terjadi 335 kasus tawuran yang menyebabkan 82 anak meninggal dunia. (“Tawuran Pelajar Meningkat”, 2012). Data te rb a r u ya n g d i d a p a t k a n o l e h Ko m i s i Perlindungan Anak tercatat sepanjang Januari- November 2013 ini terdapat 255 kasus tawuran pelajar di kota Jakarta. Menurut Komnas Anak jumlah ini meningkat sekitar 44 persen di bandingkan tahun lalu yang hanya 128 kasus. Dalam 255 kasus kekerasan antarpelajar SMP dan SMA yang tercatat, 20 siswa meninggal dunia. Dan ratusan lainnya mengalami luka berat dan luka ringan. (“2013, Tawuran Meningkat Tajam”, 2013).
Peneliti melakukan penelitian di SMK 'B' Jakarta, namun peneliti tidak bisa mendapatkan data resmi mengenai jumlah siswa yang pernah melakukan tawuran dari pihak sekolah. Dikarenakan pihak sekolah merasa jika sekolahnya sedang menjadi sorotan. Dan mereka mengatakan tidak dapat memberikan data dikarenakan untuk nama baik sekolah itu sendiri. Namun Informasi yang peneliti dapat dari staff pendidik di SMK tersebut, yaitu guru bimbingan konseling sekolah ini, mereka mengakui jika memang para siswanya sering terlibat di dalam sebuah tawuran. Ini di dapatkan dari hasil wawancara singkat peneliti dengan guru bimbingan konseling SMK 'B' Jakarta. Berikut pernyataan dari guru bimbingan konseling sekolah tersebut. “Setiap bulan sih pasti ada mbak kasus yang berhubungan dengan tawuran. Guru bolak-balik dipanggil kepolisian itu sudah biasa. Beberapa siswa kami juga ada yang meninggal karena tawuran. Tapi dari sekolah sendiri sudah melakukan banyak cara untuk mengatasi tawuran. Misalnya memberi penyuluhan, memberikan sanksi berat kepada siswa yang terlibat tawuran, dan sekolah sudah melakukan banyak cara untuk mengatasi tawuran. Misalnya memberi penyuluhan, memberikan sanksi berat kepada􀂇􀂔􀂎􀂋􀂄 siswyang terlibat tawuran, dan sekolah sudah melakukan sweeping kelokasi-lokasiyangbiasadijadikan tempat berkumpul para siswa setiap pulang sekolah dan melakukan tawuran. Tapi kadang anak kami tawuran itu untuk melindungi dirinykarena diserang duluan sama sekolah lain
Pernyataan darigurSMK'B'Jakarta tersebut menggambarkajika tawuran memang pernah beberapa kali terjadi pada siswa sekolah ini.Walaupun tidak dapat diketahui secara kuantitatif berapa kali jumlahpastsiswa yanmelakukan tawuran.
Dari data-data mengenai tawuran diatas, memanhampir seluruhnya dilakukapara pelajar SMA maupun SMP.Para pelajarinimasih masukke dalamkategoriremaja.Dimanamasa remaja awal dalam rentang 12-15tahun,masa remaja pertengahan dalam rentang 15-18 tahun dan masa remaja akhir dalamrentang 18-21 tahun (Monks,1999).Umumnya di Indonesia usia 12-18 tahumerupakan usia bagpelajar Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah MenengahAtas.
Dalam masa remajajuga disebutkan sebagai masa badai dan stress(stormandstress) yaitu suatu masa dimanaketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahanfisik dan kelenjar.Meningginya emosi disebab kan karena remajberada dalam sebuah tekanan yang menuntutnya untuk menjadi  harapan baru yang baik dimasa depan.Keadaan tertekan semacam ini juga dapat menyebabkan gagalnya seorang remaja menyelesaikan sebuah permasalahannya, sehingga masa remaja sering dikatakan sebagai usia bermasalah.Masalah-masalah yang terjadi pada remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi juga dikarenakan parremaja merasa mandiri,sehingga mereka ingimengatasi masalahnya sendirdamenolakbantuan keluarga,orangtua dan guru.Selain itu,remaja juga dituntut untuk bertanggungjawab terhadap pengendalian perilakusosialnya sendiri, sesuai denganharapansosial(Hurlock,1999).
TINJAUANPUSTAKA
RemajaLaki-Laki
Banyak  teori  yang  menjelaskan bagaimana sebuah agresivitas muncul,apakah karena pengaruh biologis genetis,pengaruh lingkungan ataukarena pengaruh dari prosespembelajaran.  Selain itu,ada pula yang mengansumsikanbahwa,pengaruhbudayasangat mempengaruhiperilaku agresif,setidaknya munculdalam stereotipbudaya.Dalampsikologi gender,juga adaa nggapan bahwa,sikapagresivitas juga dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Sering diungkapkan bahwa laki-laki lebih agresif daripada perempuan,ini dibuktikan dari banyaknypenelitiayanberbeda dengan indicator yang sama.Penelitianeksperimenyang dilakukanoleh Banduramenguatkanpernyataan, bahwalaki-lakilebihagresifdaripadaperempuan.Hasilpenelitianlintasbudayayangdilakukanoleh Whiting dan Edward(dalamSegall dkk,1999), dalam penelitianinimenunjukkanbahwa:Anak lelakilebih menunjukkan ekspresi dominan,Anak laki-laki merespon secara agresi fhingga memulai tingkalaku agresif,Anaklaki-lakilebih menampilkan agresidalambentuk fisikatau verbal.Pada anakperempuan,agresivitas diwujudkansecara tidaklangsung.Bentuknya adalahmenyebarkangossip ataukabarburung, atau denganmenolak ataumenjauhiseseorang sebagaibagian darilingkungan pertemanan (Baron&Byrne,1994).
Mustofa (1998)  membagi  jenis-jenis  tawuran pelajarmenjadi:
a.             Tawuran pelajarantara dua kelompok pelajar darisekolahyangberbedayang mempunyairasa permusuhan yangtelah terjaditurun-temurun/bersifattradisional.
b.          Tawuran pelajar  antara dua kelompok pelajar.Kelompokyang satuberasal dari satu sekolah,sedangkankelompok yanglainnya berasaldarisuatuperguruanyangdidalamnya tergabung  beberapa  jenis  sekolah.Permusuhanyangterjadidiantara dua kelompokinijugabersifattradisional.
c.             Tawuran pelajarantara dua kelompok pelajardarisekolahyangberbedayangbersifat insidental.Perkelahianjenis inibiasanya dipicu situasidankondisitertentu.Misalnya suatukelompok pelajaryangsedangmenaiki bus secarakebetulanberpapasan dengan kelompokpelajar yanglainnya.Selanjutnya terjadilah salingejek-mengejeksampai akhirnyaterjaditawuran.
d.             Tawuran pelajarantara dua kelompok pelajar darisekolahyangsamatetapiberasal darijenjangkelas yangberbeda,misalnya tawuranantara siswakelasIIdengansiswa kelasIII.
Faktor-Faktor yangMempengaruhi Terjadinya
Tawuran
MenurutKartono(2006)adabeberapafaktoryang menyebabkanterjadinya perkelahian antar kelompokatautawuran,danfaktor-faktor itu terbagikedalamduajenisyaitufaktorinternaldan faktoreksternal.
1.           FaktorInternal
Faktorinternalmencakup reaksifrustasinegatif, gangguanpengamatandantanggapanpada diri remaja,gangguancaraberfikir pada diriremaja, dangangguanemosional/perasaanpada diri remaja. Tawuran pada dasarnya dapat terjadi karena  tidak  berhasilnya  remaja  untuk mengontroldirinyasendiri.
Gangguanpengamatandantanggapanpadadiri remajaantaralainberupa:ilusi,halusinasi,dan gambaransemu.Padaumumnyaremajadalam memberitanggapanterhadaprealitacenderung melalui pengolhanbatinyang keliru, sehingga timbullapengertian   yansalahHa ini disebabkan olehharapan yang terlalu muluk- mulukdankecemasanyangterlaluberlebihan. amandantakutterhadapsesuatuyangtidakjelas; danperasaanrendahdiriyangdapatmelemahkan caraberfikir,intelektualdankemauananak.
2.           FaktorEksternal
Selain faktordari dalam (internal)  yang dapat menyebabkantawuranjuga adabeberapafaktor dariluar,yaitukeluarga,lingkungansekolahyang tidakmenguntungkan danlingkungansekitar. Keluarga memegangperanan penting dalam membentuk watak anak.Kondisikeluargasangat berdampak padaperkembangan yang dialami seorang  anak,  apabila  hubungan  dalam keluarganyabaikmaka akanberdampakpositif begitupunsebaliknya,jikahubungan dalam keluarganyaburukmaka akanpulamembawa dampak yangburukterhadap perkembangan anak.Misalnyarumahtanggayangberantakan akan  menyebabkan  anak  mengalami ketidakpastian emosional,perlindungan dari orang tua,  penolakanorang tuadanpengaruh burukorangtua.

Bentuk-BentukPerilakuTawuran
Menurut sarwono(2010)adabeberapabentuk perilakuyangbiasamunculpada saat suatu kelompoktawuranyaitu: 
1.            Perkelahian,pengancaman  atau intimidasipadaoranglain,
2.           Merusak  fasilitas  umum.Seperti melakukanpenyerangankesekolahlain,dll.
3.        Mengganggujalannyaaktifitasoranglain.
Tawuran yangterjadijugamenyebabkan terganggunya aktifitasoran lain atau masyarakat  di  sekitarnya.  Seperti pembajakanbusataukendaraanumum.
4.        Melanggaraturansekolah,
5.           Melanggarundang-undanghukumyang berlakudisuatuNegara
6.        Melanggaraturanorangtua
Perilakutawuranpelajaryangdilakukanolehpara remajainimemangsudah dikategorikansebagai bentuktindakankriminalkarena tidakhanya membahayakanbagi dirisendirinamunjuga menjadikanpihaklain sebagaikorban,bahkan masyarakatsekitar yangtidakikutterlibatdalam perilakutawuraninijuga mendapatkankerugian fisikmaupunmateri.Bentuktindakantawuranini sudahtermasukke dalambentukperilaku delinkuensi(juveniledelinquency).

KecerdasanEmosi
Kecerdasan  emosional merupakan tipe dari  kecerdasan  sosial  yang  melibatkan kemampuanuntukmemonitor emosidiridan oranglain,membedakanjenisemositersebutdan menggunakannya untukmengerahkanpikiran dankemampuan dirinya sendiri.Konsepini kemudian dikembangkan olehGolemansendiri sebagaisuatukecakapanemosionalyangmeliputi kemampuamengendalikan   dirimemiliki semangat  dan  ketekunan,kemampuan memotivasi diri,ketahananmenghadapifrustasi, kemampuanmengatur suasanahati,dan kemampuanmenunjukkanempati,harapanserta optimism.Individujuga mampumembina hubunganyangbaikdenganoranglaindanmudah mengenaliemosipada oranglaindenganpenuh perhatian(Goleman,1997).
MenuruSalovey danMayer (1990)
medefinisikanartiformaldarikecerdasan 
emosional  adalah  Kemampuan  untuk memonitorperasaan dirisendiridanperasaan oranglain, untukmembedakan diantara mereka,danmenggunakaninformasiiniuntuk menjadisuatu  dasarpemikirandantindakan dari  seseorangKemudian  definisi  ini disempurnakan dan dipecahmenjadiempat bagiankemampuanyangberbedanamun tetap berkaitan, yaitu:mengamati,menggunakan, memahami,danmengelola emosi(Mayer& Salovey,1997).
1.              Cabanpertamdarkecerdasan emosional,perceivingemotions atau mengamatiemosi,adalah kemampuan untukmendeteksi danmengartikanemosi diwajah,gambar,suara,danartefakbudaya. Inijugamencakupkemampuan untuk mengidentifikasiemosisendiri.Mengamati emosimerupakan aspek yangpalingdasar kecerdasan emosional,karenamembuat semua proseslainnyadariinformasi emosionalmenjadimungkin.
2.             Cabangkeduakecerdasanemosional, usingemotionsataumenggunakan emosi, adalah kemampuanuntukmemanfaatkan emosi untukmemfasilitasiberbagai kegiatankognitif,sepertiberpikir dan memecahkansuatumasalah.
3.             Cabangketigakecerdasanemosional, understandingemotionsataupemahaman emosi,adalah  kemampuan  untuk memahamibahasa emosidanuntuk menghargaihubunganyangrumit antara emosi.
4.             Cabang  keempat  kecerdasan emosional,managingemotions atau mengelola emosi,terdiridarikemampuan untukmengatur emosidalamdirikita sendiridanoranglain.Semua orangpasti sudahakrab denganwaktudalamhidup mereka yang kapan akan mereka miliki sementara,  dan  kadang-kadang memalukankehilangamengendalikan
emosi mereka. Olehkarenaitu,orangyang cerdasemosidapatmemanfaatkan emosi, bahkanyangnegatif,danmengaturmereka untukmencapaitujuanyangdiinginkan.

METODEPENELITIAN
Tipepenelitianyangdigunakanolehpeneliti adalah  penelitian  kuantitatif.  teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik  survey.  Berdasarkan  tujuannya,penelitianinitermasuk dalampenelitian eksplanasi.Penelitian eksplanasiadalah penelitianyang berusahauntuk  menjelaskan sebabdarisuatufenomena yangterjadi (Neuman, 2006). Populasipenelitianiniadalah seluruhsiswalaki-lakidikelas XIIdiSMK'B' Jakarta.Pengisianalatukur dilakukanoleh seluruhsiswalaki-lakikelas XIIdiSMK'B' Jakarta.Namununtukanalisis datahanya menggunakandatadari44siswa yangpernah terlibatdalamtawurandiJakarta.
Penelitianinidilakukanpada44remajalaki-laki berusia15-18tahun,pernahterlibat dalam tawuran,dan  bersekolahdi SMK 'B' Jakarta. Keseluruhanresponden adalahlaki-laki.Alat pengumpulandataberupa2 buah  kuisioner. Skalakecerdasanemosipenulismentranslasi alat  ukur  milik   Mayer-Salovey-Carusso Emotional  IntelligenceTest(MSCEIT)dalam penelitianSchutte,Malouff,&Bhullar (2009), nilaireliabilitasnya adalah0,924,sedangkan untukskala perilakutawuran disusunsendiri olehpenulis dengannilaireliabilitas0,917. Analisisdata yangdigunakandalampenelitian iniadalahstatisticparametricdenganteknikuji korelasi  Pearson.Uji  korelasi  Pearson menggunakanbantuan programSPSS16.0for Windows.
HASILPENELITIAN
Hasilujikorelasiantarakecerdasan emosi dengan perilakutawuranmenunjukkanbahwa nilaipkeduavariabeltersebutsebesarp= .000. Berdasarkandasar pengambilankeputusanuji korelasimaka dapat disimpulkanbahwa terdapathubungandiantarakeduavariabel 
tersebutsebesar-0.702,artitanda(-)berartihasil ujikorelasiadalahnegatif.   Dapatdilihatjika korelasi antarakedua variabel cukup tinggi diantara0,50–1,0(Cohen,dalamPallant2011), sehinggadapatdiambilkesimpulanbahwaarah hubungankeduavariabeltersebutadalahnegatif. Dari hasil analisis data tersebut berarti bisa diartikan jika kecerdasan emosi tinggi maka perilaku tawuran pada Remaja Laki-laki yang PernahTerlibatTawurandiSMK'B'Jakartaakan cenderungrendahbegitujugasebaliknya. 
PEMBAHASAN
Dalampenelitianinihasilanalisa data menunjukkanjika terdapathubungannegatif antarakecerdasan emosidenganperilaku tawuranpada remajalaki-lakiyangterlibat tawuran.Darihasilanalisisdatatersebutberarti bisadiartikanjikakecerdasanemosi tinggimaka perilakutawuranpadaremaja akancenderung rendah.Kecerdasan emosidalampenelitianini mencakupkemampuan seseorangmengamati emosi,kemampuanmenggunakan emosi, memahamiemosi, dankemampuanmengelola emosi.Untukperilakutawuranyangtermasukke dalam perilakudelinkuensi,makadikategorikan ke dalamkenakalanyangmenimbulkankorban fisikpada oranglain,menimbulkankorban materipada oranglain,dankenakalanyang melawan status.Penelitianinisejak awaltelah menyebutkanjikaperilaku tawuranadalahsalah satu  bentuk  dari  perilaku  delinkuensi,sebagaimana yangtelahdijelaskandalam tinjauanpustaka.
Maka daribeberapauraiandiatasdan hasilujianalisis,hasilpenelitianinimendukung penelitiansebelumnya yaitusebuahpenelitian yangdilakukan olehLomas,Stough,Hansen& Downey(2011)yangmengatakanjikakecerdasan emosimemilikihubungan denganketerlibatan remajamelakukanperilaku delinkuensiatau kenakalanpadaremaja.
Hasilpenelitianinijuga sejalandengan penelitianyangdilakukanolehCastillo,Salguero, Berrocal, &Balluerka (2013) pada remaja di  NegaraSpanyolmenemukan sebuahhasil penelitianjikaremaja yangmempunyai kecerdasan emosiyangbaikakanmembuat tingkat perilakudelinkuensiseseorangmenjadi rendah,begitu pula sebaliknya.Penelitian selanjutnyadilakukanolehSetyowati(1999)yang menunjukkanbahwaremaja yangmemiliki kecerdasan emosirendah cenderungmelakukan perbuatandelinkuendaripadamereka yang memilikikecerdasanemosiyangtinggi.
Penelitian  ini menggunakan  hipotesis berarah  dikarenakan  ingin  mendukung penelitian yangtelahdilakukanolehMoesono dkk(1996)yangmengatakanjika terdapat perbedaan gambarankecerdasan emosipada siswa yangseringikutterlibatdalamtawuran. Remaja yangmemilikikecerdasanemosiyang baikakandapatmengontroldiriagar tidak melakukantindakan-tindakankekerasan yang merugikandiri  merekasendiri  maupunorang lain.Penelitianlainnya yangjugamendukung penelitianiniadalahpenelitiandariMoskatdan Sorensen(2012).Penelitiantersebutmeyebutkan jikindividu  yanmemilikkecerdasan emosional yanglebihtinggiakanlebihmampu menyesuaikandiridengannorma-norma sosial yangterbentuk sebelumnya,sehinggamenjadi kurang agresifdankurang cenderunguntuk melanggar hukumjuga melakukan perilaku kekerasanatauperilakudelinkuensi.
Hasilhubunganantarakecerdasanemosi denganperilakudelinkuensipadaremaja yang terlibattawuran diJakarta pada penelitianini tergolongbesar, yakni0,702.Berartiterdapat hubunganyangcukupkuat darikecerdasan emositerhadapterjadinya perilakudelinkuensi.HalinisejalandenganpernyataandariGoleman (2000)yangmenyatakanjikabanyakfaktoryang dapatmenyebabkanterjadinyakenakalan yang dilakukan olehremaja,misalnyatumbuh dalam keluarga yangbermasalah,kemiskinandanlain sebagainya.Namunadaperanyangdilakukan olehketerampilan ataukecerdasan emosional yangmelebihikekuatankeluargadanekonomi, danperanitusangatpentingdalammenentukan sejauh manaremajaatauseoranganak  tidak dipengaruhiolehkekerasan atausejauhmana merekabertahansaatmenghadapikekerasan.
Kecerdasanemosidarisubjekpenelitian inisebagianbesar tergolongpadakategori sedangdanrendah(tabel4.6).Daridatatersebut telahdigabungkanantarasubjekpenelitianyaitu
44remajalaki-lakiyangpernahterlibattawuran diSMK'B'Jakarta,dan populasi yaitujumlah keseluruhankelasXIIdiSMK'B'Jakarta.Dari127 siswayangmengikutipengisiankuisionerdalam penelitian initerdapat  44 siswayang pernah terlibattawurandan83 siswayangtidakpernah melakukantawuran.Darinormauntuk kecerdasanemosidapat dilihatjikaterdapat26 subjekyangtergolongke dalamkecerdasan emosirendah dansangat rendah.Jumlah keseluruhansubjek yangtergolongrendah dan sangatrendahterdapatpadasubjekyangpernah terlibattawuran,dan18subjek yangpernah terlibattawuranmemilikikecerdasan emosi yangtergolongsedang.Daridatanormayangada dapat dikatakanbahwakecerdasanemosidari subjekpenelitiancenderungrendah.
Sedangkanuntukperilakutawurandari subjekpenelitianinisebagianbesar tergolong sedang,tinggi,dansangattinggi(tabel4.9).dari
127siswa yangmengisikuisionerterlihatjelas padatabel4.9jika44subjekyangpernahterlibat tawurantergolongkedalamkategoritinggidan sangattinggi.Hanya4subjek yangmasukke dalamkategorisedang.Terlihatjelas perbedaan antarasiswayangpernahterlibatdalamtawuran danyangtidakpernahterlibat dalamtawuran.Darikecerdasanemosinya-punterlihatjikasiswa yanpernaterlibatawuran  memiliki kecerdasan emosiyangcenderungrendah. Analisisnorma inisemakinmenguatkanhasil penelitianini  jikaterdapathubungannegatif antarakecerdasan emosidenganperilaku tawuranpadaremajalaki-lakidiSMK'B'Jakarta.
Walaupundari127remajalaki-lakidi
SMK 'B'Jakarta hanya 44 siswa yang dapat dijadikansubjekpenelitianuntukremaja yang pernahterlibat tawuran,namunhalinicukup mengkhawatirkandikarenakanhanya dalam satusekolahdiJakartajumlahsiswa yang melakukanperilakutawuran cukuptinggi.Jika dikaitkandengandatadariKomisiPerlindungan AnakIndonesiamengenaikasustawuranpelajar diDKIJakartapadatahun2013yangberjumlah
255kasus,makabisadikatakanjikaremajayang terlibat dalamtawurandiJakartainisangat banyakjumlahnya.
Denganbanyaknyaremajayangterlibat dalam  tawuran  ini  menjadi  sangat mengkhawatirkanmengingat salahsatutugas perkembanganpadamasaremaja adalah menjadi warga Negarayangbertanggungjawab. Dimana untukdapatmewujudkantugasini, umumnyaremajaberusahamempersiapkandiri denganmenempuhpendidikanformaldannon- formalagar memilikitarafilmupengetahuan, keterampilan/keahlian yangprofessional Havighurst(dalamDariyo,2004).Schaie(dalam Dariyo,2004)mengatakanjikamasa tersebut diistilahkansebagaimasaaquisitifyaknimasadi mana remajaberusaha untuk mencari bekal pengetahuan  dan  keterampilan  guna mewujudkancita-citanya agarmenjadiseorang ahli yangprofesionaldibidangnya.Karenaitu adalahhalwajar agarremajadipersiapkandan mempersiapkan dirisecaramatangdansebaik- baiknya.Setiap sekolah yangada pastinya mengajarkanhal-halbaikkepadasiswanyaguna mempersiapkandiripara siswauntukterjunke masyarakat.Namunkenyataanyangterjadipada saatinimarakterjaditawuran atauperkelahian antar sekolahyangdilakukanolehparasiswa.Tentusajatawuraniniadalahkegiatan yang negatifdantidakadamanfaatnya untukpara remaja.Tawuranhanya akanmenyebabkan korbandankerugianfisikmaupunmateri.
Perilakupenyerangan atautawuranini adalahperilaku yangdiakibatkankurangnya kemampuanseorangremajauntukmengelola
emosiataukemarahannya.Halinisejalan 
denganpernyataanSalovey danMayer(1990) yangmengatakanjika orangyangmemiliki kecerdasan emosimampumenyalurkan kemarahannya untukhal-halyangpositif.Bisa dicontohkandalamhaltawuranremajaini.Jika seorangremaja yangmerasamarahatautidak terimajikasekolahnya diserangataudiperolok olehsekolahyangdianggap'musuh'nya,remaja yangmempunyaikecerdasan emosiyangbaik akandapatmenyalurkankemarahannyamelalui hal yanglebih positif,contohnyamungkin denganmelakukansesuatuyang bisamembuat sekolahnya  lebih  berprestasi  lagi.Kemarahannyabisa dijadikansebuahmotivasi untukmenjadilebihbaik.Sehinggahasil yang didapatdaripenelitianiniadalahremaja yang memilikikecerdasan emosiyangtinggimaka akanmembuat perilakudelinkuensipada remajacenderungmenjadirendah.
Darihasilwawancarasingkat dengan guru sekolahtersebut, yanghasilwawancara terdapatpadalatarbelakang,dapat diambil kesimpulanjika sekolahsendirisudahcukup banyakmengupayakancaraagarmeminimalisir terjadinya tawuranini.Namunkembalilagi kepada siswanyamasing-masing.Tiap-tiap individupastinyamemilikicaraberpikir dan kemampuanmengolah emosiyangberbeda. Dankemampuanmengolahemosiyangrendah inilahyangmembuatseorangremaja akan melakukantawuran.  Semuadoktrinataupun ajakanuntukmelakukantawuran,perkelahian, ataupunpenyeranganterhadap sekolahlain tidakakanberpengaruhuntukremaja yang memilikikecerdasanemosiyangtinggi.
Penelitianinidilakukanhanya pada subjeklaki-laki.Dikarenakandalambeberapa teori  mengenai  perilaku  delinkuensi menyebutkanjikaanaklaki-lakilebihbanyak yang  melakukan  kenakalan  remaja dibandingkan anakperempuan.Anaklaki-laki lebihseringterlibat dalamperilakukekerasan. Menurut  penelitian  dari  Saad  (2003) perbandingan  anak  laki-laki  dan  anak perempuan melakukantindakan perkelahian pelajaradalah50:1.
Penelitianinitentunya memiliki beberapakelemahanyangdapatmempengaruhi pembahasanatauanalisispadasubjek.Beberapa kelemahan dalampenelitianiniyaitu:Metode pengambilan datamenggunakanujiterpakai. Dimanaalatukur yangdigunakanpadasubjek tidakmelaluiujicobaawalsebelumnya.Ujicoba bergunauntukmengetahuiapakahaitem-aitem yang tersediasudahcukup  jelasdan mudah dipahami.Sedangdalam penelitianini penyusunan alat ukurhanyadibantuolehrater atauprofessionaljudgment dalammenilai perbaikankalimat yangdigunakandalamalat ukur tersebut.Namunujicobaterpakai digunakankarena keterbatasannyajumlah populasisubjek.Kelemahan selanjutnya penelitianinihanya dilakukandisatusekolah.Sehinggajumlahsubjek yangdidapattidak terlalubanyak.
KESIMPULANDANSARAN
Berdasarkanhasilujianalisa data didapatkan sebuahkesimpulanjika terdapat hubungannegatifantarakecerdasan emosi denganperilakudelinkuensipadaremaja yang pernahterlibattawuran diJakarta.Hubungan negativeinimenunjukkanjika semakintinggi kecerdasan emosiseorangremajamakan akansemakinrendah perilaku delinkuensiatau kenakalanpada remaja.Saranuntukpeneliti selanjutnya:mengumpulkandatapastijumlah pelajar yangtawuransehinggamemungkinkan untukmenggunakanmetoderandomsampling. Jikainginmenelitimengenaitawuran pelajar bisa melakukanpenelitiandibeberapasekolah agarmendapatsubjekyanglebihbanyak.Saran untuksekolah yangsiswanyaterlibattawuran: bisamemberikanpendekatansecaraindividual kepadasiswa yangterlibattawuran.Karena pendekatanindividualinidapatmelatih siswa agar lebihmemilikiketerampilanmemahami emosi.Saranuntukremajayangterlibattawuran
:untukmencegahterjadinyatawuransebaiknysiswalangsungkembalikerumahmasing-masingsetelahpulangsekolah.Jikainginmelakukanaktifitas lainbisa dilakukandisekolahkarena akanlebihamandenganpengawasanguru,dankemungkinan terjadinyapenyerangandarisekolahlainpunsemakinkecil.Untukpararemaja yangmerasamudah terpancingemosiakibatpenyerangansekolahlaidapatmencobauntukmenyalurkankemarahannyapada kegiatansepertiolahragadanekstrakulikulerlainnyadisekolah.

DAFTARPUSTAKA
Baron, R.A., Byrne, D. (1994).Social psychology: understanding human interaction, (10th ed.),Allyn& Bacon,ADivisionofSimon& Schuster, Inc, Boston.
CastilloR, SalgueroJM, Fernández-Berrocal P, BalluerkaN. (2013).Effects of an emotional intelligence intervention on aggression and empathy among adolescents.Journalof adolescent.
Dariyo,A, (2004).Psikologi Perkembangan Remaja, Bogor: GhaliaIndonesia.
E.Bynum,Jack.DanE.Thompson,William.(2002).JuvenileDelinquencyaSociologicalApproach.Boston: APearsonEducationCompany.Fiftheditions.
GolemanD. (1997).Kecerdasan Emosional: Mengapa EI Lebih Penting daripada IQ. HeryanaT, penerjemah. Jakarta(ID): PTGramediaPustakaUtama.
Hurlock, Elizabeth, B. (1999).Psikologi Perkembangan: “Suatu Pendekatan Sepanjang  Rentang
Kehidupan(TerjemahanIstiwidayanti & Soedjarno).Jakarta: PenerbitErlangga.
Jensen, G., &Rojek, D. G. (1992).Delinquency and youth crime. ProspectHeights, Ill:Waveland. Kartono, Kartini. (2006).  KenakalanRemaja. Jakarta: RajaGrafindoPersada
Kim, D. H.,Wang, C., Ng, K. M. (2010).Araschratingscalemodelingoftheschutteself- Report emotional  intelligencescaleinasampleofinternationalstudents. Assessment,17,4, 484-496.
Lomas, J., Stough, C., Hansen, K.eDowney, L.A. (2011) Briefreport: Emotional intelligence, victimisationand bullying inadolescents. JournalofAdolescence, doi:10.1016/j.adolescence.2011.03.002.
Magai, C., Distel, N., & Liker, R. (1995).Emotionsocialisation,attachmentandpatternsof adult emotionaltraits.Cognitionand Emotion, 9(5),461–481.
Mayer, J. D., & Salovey, P. (1997).Whatisemotional intelligence? InP. Salovey&D. Sluyter(Eds.), Emotional development and emotional intelligence:Educational implications (pp. 3–31). NewYork, NY: BasicBooks.
Moskat,H.J., & Sorensen, K.M. (2012). Let's talk about feelings: Emotional Intelligence andAggression
Predict Juvenile Offense. Honorsin Psychology,WhitmanCollege.
Moesono,A.dkk.(1996).Faktor-faktor pendukung terjadinya perkelahian sekolah dan kecenderungan pemecahan masalah oleh siswa.KerjasamaproyekPembinaanAnak&RemajaDirjend Kebudayaan danPusatPenelitianKemasyarakatan& BudayaLembagaPenelitianUI.
Monks, F.J., Knoers,A.M.P., Rahayu, Haditono, Siti, (1999).Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam
Berbagai Bagiannya, Cetakan2, GadjahMadaUniversityPress,Yogjakarta.
Munthe, J. (2013, 21 Desember).2013,Tawuranmeningkattajam.sh.news[on-line]. Diaksespada tanggal 27 Desember2013dari http://www.shnews.co/detile-29900-2013-tawuran-pelajar- meningkat-tajam.html
Mustofa, M. (1998).Perkelahian massal pelajar antar sekolah di DKI Jakarta Studi kasus berganda, rekonstruksi berdasarkan paradigma konstruksivisme.Disertasi (TidakDiterbitkan). Depok:FakultasPsikologi UniversitasIndonesia.
Pallant, J. (2011). SPSS Survival Manual (4th Ed).Sydney: MidlandTypesetter.
Papalia, D.E., Olds, S.W.danFeldman, R.D. (2007). HumanDevelopment.10thedition.NewYork:
McGrawHill.International Edition.



􀂛􀂃􀂋􀂖􀂗􀀃 􀂕􀂗􀂃􀂖􀂗􀀃 􀂏􀂃􀂕􀂃􀀃 􀂆􀂋􀀃 􀂏􀂃􀂐􀂃􀀃 􀂍􀂇􀂖􀂇􀂉􀂃􀂐􀂉􀂃􀂐􀀃 􀂇􀂏􀂑􀂕􀂋􀀃
􀂏􀂇􀂐􀂋􀂐􀂉􀂉􀂋􀀃􀂕􀂇􀂄􀂃􀂉􀂃􀂋􀀃􀂃􀂍􀂋􀂄􀂃􀂖􀀃􀂆􀂃􀂔􀂋􀀃􀂒􀂇􀂔􀂗􀂄􀂃􀂊􀂃􀂐􀀃􀂈􀂋􀂕􀂋􀂍􀀃􀂆􀂃􀂐􀀃

􀂏􀂃􀂕􀂃􀂎􀂃􀂊􀂐􀂛􀂃􀀃 􀂕􀂇􀂐􀂆􀂋􀂔􀂋􀀃 􀂆􀂃􀂐􀀃 􀂏􀂇􀂐􀂑􀂎􀂃􀂍􀀃 􀂄􀂃􀂐􀂖􀂗􀂃􀂐􀀃


􀀎􀂇􀂅􀂇􀂔􀂆􀂃􀂕􀂃􀂐􀀃 􀂇􀂏􀂑􀂕􀂋􀂑􀂐􀂃􀂎􀀃 􀂆􀂋􀂃􀂔􀂖􀂋􀂍􀂃􀂐􀀃 􀂕􀂇􀂄􀂃􀂉􀂃􀂋􀀃
􀂍􀂇􀂏􀂃􀂏􀂒􀂗􀂃􀂐􀀃 􀂏􀂇􀂐􀂉􀂇􀂐􀂃􀂎􀂋􀀃 􀂒􀂇􀂔􀂃􀂕􀂃􀂃􀂐􀀃 􀂕􀂇􀂐􀂆􀂋􀂔􀂋􀀃 􀂆􀂃􀂐􀀃
􀂑􀂔􀂃􀂐􀂉􀀃􀂎􀂃􀂋􀂐􀀃􀂕􀂇􀂔􀂖􀂃􀀃􀂏􀂃􀂏􀂒􀂗􀀃􀂏􀂇􀂐􀂉􀂇􀂎􀂑􀂎􀂃􀀃􀂇􀂏􀂑􀂕􀂋􀀃􀂖􀂇􀂔􀂕􀂇􀂄􀂗􀂖􀀃

􀂒􀂇􀂔􀂋􀂎􀂃􀂍􀂗􀀃 􀂆􀂇􀂎􀂋􀂐􀂍􀂗􀂇􀂐􀂕􀂋􀀃 􀂒􀂃􀂆􀂃􀀃 􀂔􀂇􀂏􀂃􀂌􀂃􀀃 􀂛􀂃􀂐􀂉􀀃 􀂒􀂇􀂔􀂐􀂃􀂊􀀃











Tidak ada komentar:

Posting Komentar