HubunganantaraKecerdasanEmosidenganPerilaku TawuranpadaRemajaLaki-lakiyang PernahTerlibat
Tawurandi SMK'B' Jakarta
NuriAprilia
HerdinaIndrijati
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
kecerdasan emosi dengan perilaku delinkuesi pada remaja yang pernah terlibat tawuran di
Jakarta. Kecerdasan emosi yang dimaksud dalam penelitian ini diungkapkan oleh Salovey dan
Mayer (1997), sedangkan perilaku delinkuensi diungkap oleh Jensen (1992). Penelitian ini
dilakukan pada 44 remaja laki-laki berusia 15-18 tahun, pernah terlibat dalam tawuran, dan
bersekolah di SMK 'B' Jakarta. Keseluruhan responden adalah laki-laki. Alat pengumpulan
data berupa kuisioner. Skala kecerdasan emosi penulis mentranslasi alat ukur Mayer-Salovey-
Carusso Emotional Intelligence Test (MSCEIT) dalam penelitian Schutte, Malouff, & Bhullar
(2009), nilai reliabilitasnya adalah 0,924, sedangkan untuk skala perilaku tawuran disusun sendiri oleh penulis dengan nilai reliabilitas 0,917. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah statistic parametric dengan teknik uji korelasi Pearson. Uji korelasi Pearson
menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for Windows. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosi memiliki korelasi dengan perilaku delinkuensi. Besarnya koefisiensi korelasi (r) antara dua variabel tersebut adalah 0,702 dengan taraf signifikansi 0,000. Sehingga hal ini membuat hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Hasil temuan ini menunjukkan jika terdapat hubungan negatif antara kecerdasan emosi dengan Perilaku Tawuran pada Remaja Laki-laki yang Pernah Terlibat Tawuran di SMK 'B' Jakarta.
Kata kunci : Kecerdasan emosi, perilaku delinkuensi, tawuran, remaja
PENDAHULUAN
Kota Jakarta adalah Ibukota Negara Indonesia, dimana penduduknya dituntut untuk berpikiran maju dan mempunyai perkembangan yang pesat. Namun sebagai kota besar Jakarta tak lepas dari banyak permasalahan. Salah satu masalah yang terjadi adalah pada remajanya. Dari sekian banyak permasalahan yang dialami oleh remaja, yang cukup mencolok di Jakarta adalah mengenai perkelahian antar pelajar atau tawuran pelajar. Melanjutkan data tawuran pelajar oleh Bimmas Polda Metro Jaya tersebut, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan sedikitnya sudah 17 pelajar meninggal dunia akibat tawuran di wilayah Jabodetabek sejak 1 Januari 2012 hingga 26 September 2012. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya yang memakan korban 12 jiwa pelajar. Pada enam bulan pertama tahun 2012 saja telah terjadi 128 kasus tawuran di Jakarta dan 12
kasus perkelahian menyebabkan kematian. Sementara itu pada tahun 2011 terjadi 335 kasus tawuran yang menyebabkan 82 anak meninggal dunia. (“Tawuran Pelajar Meningkat”, 2012). Data te rb a r u ya n g d i d a p a t k a n o l e h Ko m i s i Perlindungan Anak tercatat sepanjang Januari- November 2013 ini terdapat 255 kasus tawuran pelajar di kota Jakarta. Menurut Komnas Anak jumlah ini meningkat sekitar 44 persen di bandingkan tahun lalu yang hanya 128 kasus. Dalam 255 kasus kekerasan antarpelajar SMP dan SMA yang tercatat, 20 siswa meninggal dunia. Dan ratusan lainnya mengalami luka berat dan luka ringan. (“2013, Tawuran Meningkat Tajam”, 2013).
Peneliti melakukan penelitian di SMK 'B' Jakarta, namun peneliti tidak bisa mendapatkan data resmi mengenai jumlah siswa yang pernah melakukan tawuran dari pihak sekolah. Dikarenakan pihak sekolah merasa jika sekolahnya sedang menjadi sorotan. Dan mereka mengatakan tidak dapat memberikan data dikarenakan untuk nama baik sekolah itu sendiri. Namun Informasi yang peneliti dapat dari staff pendidik di SMK tersebut, yaitu guru bimbingan konseling sekolah ini, mereka mengakui jika memang para siswanya sering terlibat di dalam sebuah tawuran. Ini di dapatkan dari hasil wawancara singkat peneliti dengan guru bimbingan konseling SMK 'B' Jakarta. Berikut pernyataan dari guru bimbingan konseling sekolah tersebut. “Setiap bulan sih pasti ada mbak kasus yang berhubungan dengan tawuran. Guru bolak-balik dipanggil kepolisian itu sudah biasa. Beberapa siswa kami juga ada yang meninggal karena tawuran. Tapi dari sekolah sendiri sudah melakukan banyak cara untuk mengatasi tawuran. Misalnya memberi penyuluhan, memberikan sanksi berat kepada siswa yang terlibat tawuran, dan sekolah sudah melakukan banyak cara untuk mengatasi tawuran. Misalnya memberi penyuluhan, memberikan sanksi berat kepada siswa yang terlibat tawuran, dan sekolah sudah melakukan sweeping kelokasi-lokasiyangbiasadijadikan tempat
berkumpul para siswa setiap pulang
sekolah
dan melakukan tawuran. Tapi kadang anak kami tawuran itu
untuk melindungi dirinya karena diserang duluan sama
sekolah lain”
Pernyataan dariguru SMK'B'Jakarta tersebut
menggambarkan jika tawuran
memang pernah beberapa kali terjadi pada siswa sekolah ini.Walaupun tidak dapat diketahui secara kuantitatif berapa
kali jumlahpasti siswa yang melakukan
tawuran.
Dari data-data mengenai tawuran diatas,
memang hampir seluruhnya dilakukan para
pelajar SMA maupun SMP.Para
pelajarinimasih masukke dalamkategoriremaja.Dimanamasa remaja awal dalam rentang 12-15tahun,masa remaja pertengahan
dalam rentang 15-18 tahun dan masa remaja akhir dalamrentang 18-21 tahun (Monks,1999).Umumnya di Indonesia usia 12-18 tahun merupakan usia bagi pelajar Sekolah
Menengah Pertama dan Sekolah MenengahAtas.
Dalam masa remajajuga disebutkan sebagai masa badai dan stress(stormandstress) yaitu suatu masa
dimanaketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahanfisik dan kelenjar.Meningginya
emosi disebab kan karena remaja berada
dalam sebuah tekanan yang menuntutnya untuk menjadi harapan baru yang baik dimasa depan.Keadaan tertekan semacam
ini juga dapat menyebabkan gagalnya seorang remaja menyelesaikan
sebuah permasalahannya, sehingga masa remaja sering dikatakan sebagai usia bermasalah.Masalah-masalah yang terjadi pada remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi juga dikarenakan para remaja merasa
mandiri,sehingga mereka
ingin mengatasi masalahnya
sendiri dan menolakbantuan keluarga,orangtua
dan guru.Selain itu,remaja juga
dituntut untuk bertanggungjawab terhadap pengendalian perilakusosialnya sendiri, sesuai denganharapansosial(Hurlock,1999).
TINJAUANPUSTAKA
RemajaLaki-Laki
Banyak teori
yang menjelaskan bagaimana
sebuah agresivitas muncul,apakah karena pengaruh biologis genetis,pengaruh lingkungan ataukarena pengaruh dari prosespembelajaran.
Selain itu,ada pula yang
mengansumsikanbahwa,pengaruhbudayasangat mempengaruhiperilaku
agresif,setidaknya
munculdalam stereotipbudaya.Dalampsikologi gender,juga adaa nggapan bahwa,sikapagresivitas
juga dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Sering diungkapkan bahwa laki-laki lebih agresif daripada perempuan,ini dibuktikan
dari banyaknya penelitian yang berbeda
dengan indicator yang sama.Penelitianeksperimenyang dilakukanoleh Banduramenguatkanpernyataan,
bahwalaki-lakilebihagresifdaripadaperempuan.Hasilpenelitianlintasbudayayangdilakukanoleh Whiting dan Edward(dalamSegall
dkk,1999), dalam penelitianinimenunjukkanbahwa:Anak lelakilebih menunjukkan ekspresi dominan,Anak laki-laki merespon secara agresi fhingga memulai tingkah laku
agresif,Anaklaki-lakilebih menampilkan agresidalambentuk fisikatau
verbal.Pada
anakperempuan,agresivitas diwujudkansecara tidaklangsung.Bentuknya
adalahmenyebarkangossip ataukabarburung, atau denganmenolak ataumenjauhiseseorang sebagaibagian darilingkungan pertemanan
(Baron&Byrne,1994).
Mustofa (1998) membagi
jenis-jenis tawuran
pelajarmenjadi:
a. Tawuran
pelajarantara dua kelompok pelajar
darisekolahyangberbedayang mempunyairasa permusuhan yangtelah terjaditurun-temurun/bersifattradisional.
b. Tawuran
pelajar antara dua kelompok pelajar.Kelompokyang satuberasal dari satu sekolah,sedangkankelompok
yanglainnya berasaldarisuatuperguruanyangdidalamnya
tergabung beberapa jenis
sekolah.Permusuhanyangterjadidiantara dua
kelompokinijugabersifattradisional.
c. Tawuran
pelajarantara dua kelompok pelajardarisekolahyangberbedayangbersifat
insidental.Perkelahianjenis inibiasanya
dipicu situasidankondisitertentu.Misalnya
suatukelompok pelajaryangsedangmenaiki bus secarakebetulanberpapasan
dengan kelompokpelajar yanglainnya.Selanjutnya terjadilah
salingejek-mengejeksampai
akhirnyaterjaditawuran.
d. Tawuran
pelajarantara dua kelompok pelajar darisekolahyangsamatetapiberasal
darijenjangkelas yangberbeda,misalnya
tawuranantara siswakelasIIdengansiswa kelasIII.
Faktor-Faktor yangMempengaruhi Terjadinya
Tawuran
MenurutKartono(2006)adabeberapafaktoryang menyebabkanterjadinya perkelahian antar
kelompokatautawuran,danfaktor-faktor itu terbagikedalamduajenisyaitufaktorinternaldan faktoreksternal.
1. FaktorInternal
Faktorinternalmencakup
reaksifrustasinegatif, gangguanpengamatandantanggapanpada diri
remaja,gangguancaraberfikir
pada diriremaja, dangangguanemosional/perasaanpada
diri remaja.
Tawuran pada dasarnya dapat terjadi karena tidak
berhasilnya remaja untuk mengontroldirinyasendiri.
Gangguanpengamatandantanggapanpadadiri
remajaantaralainberupa:ilusi,halusinasi,dan gambaransemu.Padaumumnyaremajadalam memberitanggapanterhadaprealitacenderung
melalui pengolhanbatinyang keliru,
sehingga timbullah pengertian
yang salah. Hal ini
disebabkan olehharapan yang terlalu muluk- mulukdankecemasanyangterlaluberlebihan.
amandantakutterhadapsesuatuyangtidakjelas; danperasaanrendahdiriyangdapatmelemahkan caraberfikir,intelektualdankemauananak.
2. FaktorEksternal
Selain
faktordari dalam (internal)
yang dapat menyebabkantawuranjuga
adabeberapafaktor dariluar,yaitukeluarga,lingkungansekolahyang tidakmenguntungkan danlingkungansekitar. Keluarga
memegangperanan
penting dalam membentuk watak
anak.Kondisikeluargasangat berdampak padaperkembangan yang dialami seorang anak, apabila
hubungan dalam keluarganyabaikmaka
akanberdampakpositif begitupunsebaliknya,jikahubungan
dalam
keluarganyaburukmaka akanpulamembawa
dampak yangburukterhadap
perkembangan
anak.Misalnyarumahtanggayangberantakan akan menyebabkan
anak mengalami ketidakpastian
emosional,perlindungan dari
orang tua, penolakanorang
tuadanpengaruh burukorangtua.
Bentuk-BentukPerilakuTawuran
Menurut sarwono(2010)adabeberapabentuk perilakuyangbiasamunculpada
saat suatu kelompoktawuranyaitu:
1. Perkelahian,pengancaman atau intimidasipadaoranglain,
2. Merusak fasilitas
umum.Seperti melakukanpenyerangankesekolahlain,dll.
3. Mengganggujalannyaaktifitasoranglain.
Tawuran yangterjadijugamenyebabkan terganggunya
aktifitasorang lain atau
masyarakat di sekitarnya.
Seperti pembajakanbusataukendaraanumum.
4. Melanggaraturansekolah,
5. Melanggarundang-undanghukumyang berlakudisuatuNegara
6. Melanggaraturanorangtua
Perilakutawuranpelajaryangdilakukanolehpara remajainimemangsudah
dikategorikansebagai bentuktindakankriminalkarena tidakhanya membahayakanbagi dirisendirinamunjuga
menjadikanpihaklain sebagaikorban,bahkan masyarakatsekitar yangtidakikutterlibatdalam
perilakutawuraninijuga mendapatkankerugian
fisikmaupunmateri.Bentuktindakantawuranini sudahtermasukke
dalambentukperilaku delinkuensi(juveniledelinquency).
KecerdasanEmosi
Kecerdasan emosional merupakan tipe dari kecerdasan sosial
yang melibatkan kemampuanuntukmemonitor emosidiridan oranglain,membedakanjenisemositersebutdan menggunakannya
untukmengerahkanpikiran dankemampuan dirinya sendiri.Konsepini kemudian
dikembangkan olehGolemansendiri sebagaisuatukecakapanemosionalyangmeliputi
kemampuan mengendalikan diri, memiliki
semangat dan ketekunan,kemampuan memotivasi diri,ketahananmenghadapifrustasi,
kemampuanmengatur suasanahati,dan
kemampuanmenunjukkanempati,harapanserta optimism.Individujuga mampumembina hubunganyangbaikdenganoranglaindanmudah
mengenaliemosipada oranglaindenganpenuh perhatian(Goleman,1997).
Menurut Salovey
danMayer
(1990)
medefinisikanartiformaldarikecerdasan 

emosional adalah
Kemampuan untuk memonitorperasaan
dirisendiridanperasaan oranglain,
untukmembedakan
diantara mereka,danmenggunakaninformasiiniuntuk menjadisuatu dasarpemikirandantindakan
dari seseorang. Kemudian definisi
ini disempurnakan dan dipecahmenjadiempat bagiankemampuanyangberbedanamun tetap berkaitan, yaitu:mengamati,menggunakan,
memahami,danmengelola emosi(Mayer& Salovey,1997).
1. Cabang
pertama dari kecerdasan emosional,perceivingemotions atau
mengamatiemosi,adalah kemampuan
untukmendeteksi danmengartikanemosi
diwajah,gambar,suara,danartefakbudaya. Inijugamencakupkemampuan untuk mengidentifikasiemosisendiri.Mengamati emosimerupakan aspek yangpalingdasar kecerdasan emosional,karenamembuat semua proseslainnyadariinformasi
emosionalmenjadimungkin.
2. Cabangkeduakecerdasanemosional,
usingemotionsataumenggunakan emosi,
adalah kemampuanuntukmemanfaatkan emosi untukmemfasilitasiberbagai kegiatankognitif,sepertiberpikir dan memecahkansuatumasalah.
3. Cabangketigakecerdasanemosional,
understandingemotionsataupemahaman
emosi,adalah kemampuan untuk memahamibahasa emosidanuntuk
menghargaihubunganyangrumit
antara emosi.
4. Cabang keempat
kecerdasan emosional,managingemotions
atau mengelola emosi,terdiridarikemampuan
untukmengatur emosidalamdirikita sendiridanoranglain.Semua
orangpasti sudahakrab denganwaktudalamhidup mereka
yang kapan akan mereka miliki sementara, dan
kadang-kadang memalukan, kehilangan
mengendalikan
emosi mereka. Olehkarenaitu,orangyang cerdasemosidapatmemanfaatkan emosi, bahkanyangnegatif,danmengaturmereka untukmencapaitujuanyangdiinginkan.
METODEPENELITIAN
Tipepenelitianyangdigunakanolehpeneliti adalah penelitian
kuantitatif. teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah teknik
survey. Berdasarkan
tujuannya,penelitianinitermasuk dalampenelitian
eksplanasi.Penelitian eksplanasiadalah
penelitianyang berusahauntuk menjelaskan sebabdarisuatufenomena
yangterjadi
(Neuman, 2006). Populasipenelitianiniadalah seluruhsiswalaki-lakidikelas XIIdiSMK'B' Jakarta.Pengisianalatukur dilakukanoleh seluruhsiswalaki-lakikelas XIIdiSMK'B' Jakarta.Namununtukanalisis datahanya
menggunakandatadari44siswa yangpernah terlibatdalamtawurandiJakarta.
Penelitianinidilakukanpada44remajalaki-laki berusia15-18tahun,pernahterlibat dalam tawuran,dan bersekolahdi
SMK 'B' Jakarta. Keseluruhanresponden adalahlaki-laki.Alat pengumpulandataberupa2 buah kuisioner.
Skalakecerdasanemosipenulismentranslasi alat ukur
milik Mayer-Salovey-Carusso
Emotional IntelligenceTest(MSCEIT)dalam
penelitianSchutte,Malouff,&Bhullar
(2009), nilaireliabilitasnya
adalah0,924,sedangkan untukskala perilakutawuran
disusunsendiri olehpenulis dengannilaireliabilitas0,917.
Analisisdata yangdigunakandalampenelitian
iniadalahstatisticparametricdenganteknikuji korelasi Pearson.Uji korelasi
Pearson menggunakanbantuan programSPSS16.0for Windows.
HASILPENELITIAN
Hasilujikorelasiantarakecerdasan
emosi dengan perilakutawuranmenunjukkanbahwa nilaipkeduavariabeltersebutsebesarp= .000. Berdasarkandasar
pengambilankeputusanuji korelasimaka dapat
disimpulkanbahwa terdapathubungandiantarakeduavariabel 
tersebutsebesar-0.702,artitanda(-)berartihasil ujikorelasiadalahnegatif. Dapatdilihatjika korelasi antarakedua
variabel cukup tinggi diantara0,50–1,0(Cohen,dalamPallant2011),
sehinggadapatdiambilkesimpulanbahwaarah hubungankeduavariabeltersebutadalahnegatif. Dari
hasil analisis data tersebut berarti bisa diartikan jika kecerdasan emosi tinggi maka perilaku tawuran
pada Remaja Laki-laki yang PernahTerlibatTawurandiSMK'B'Jakartaakan cenderungrendahbegitujugasebaliknya.
PEMBAHASAN
Dalampenelitianinihasilanalisa
data menunjukkanjika terdapathubungannegatif antarakecerdasan
emosidenganperilaku
tawuranpada
remajalaki-lakiyangterlibat tawuran.Darihasilanalisisdatatersebutberarti bisadiartikanjikakecerdasanemosi
tinggimaka perilakutawuranpadaremaja
akancenderung rendah.Kecerdasan
emosidalampenelitianini mencakupkemampuan
seseorangmengamati emosi,kemampuanmenggunakan
emosi, memahamiemosi, dankemampuanmengelola emosi.Untukperilakutawuranyangtermasukke dalam perilakudelinkuensi,makadikategorikan
ke dalamkenakalanyangmenimbulkankorban
fisikpada oranglain,menimbulkankorban materipada
oranglain,dankenakalanyang melawan
status.Penelitianinisejak awaltelah
menyebutkanjikaperilaku
tawuranadalahsalah
satu bentuk dari
perilaku delinkuensi,sebagaimana yangtelahdijelaskandalam
tinjauanpustaka.
Maka
daribeberapauraiandiatasdan hasilujianalisis,hasilpenelitianinimendukung
penelitiansebelumnya yaitusebuahpenelitian
yangdilakukan olehLomas,Stough,Hansen& Downey(2011)yangmengatakanjikakecerdasan emosimemilikihubungan denganketerlibatan remajamelakukanperilaku
delinkuensiatau kenakalanpadaremaja.
Hasilpenelitianinijuga
sejalandengan penelitianyangdilakukanolehCastillo,Salguero, Berrocal,
&Balluerka (2013) pada remaja
di NegaraSpanyolmenemukan
sebuahhasil penelitianjikaremaja yangmempunyai kecerdasan
emosiyangbaikakanmembuat tingkat perilakudelinkuensiseseorangmenjadi rendah,begitu pula
sebaliknya.Penelitian selanjutnyadilakukanolehSetyowati(1999)yang
menunjukkanbahwaremaja
yangmemiliki kecerdasan
emosirendah cenderungmelakukan perbuatandelinkuendaripadamereka
yang memilikikecerdasanemosiyangtinggi.
Penelitian ini menggunakan hipotesis
berarah dikarenakan ingin
mendukung penelitian yangtelahdilakukanolehMoesono dkk(1996)yangmengatakanjika
terdapat
perbedaan gambarankecerdasan
emosipada siswa yangseringikutterlibatdalamtawuran.
Remaja yangmemilikikecerdasanemosiyang baikakandapatmengontroldiriagar
tidak melakukantindakan-tindakankekerasan
yang merugikandiri merekasendiri maupunorang
lain.Penelitianlainnya
yangjugamendukung penelitianiniadalahpenelitiandariMoskatdan Sorensen(2012).Penelitiantersebutmeyebutkan jika individu yang memiliki
kecerdasan emosional yanglebihtinggiakanlebihmampu
menyesuaikandiridengannorma-norma
sosial yangterbentuk sebelumnya,sehinggamenjadi
kurang agresifdankurang cenderunguntuk melanggar hukumjuga
melakukan perilaku kekerasanatauperilakudelinkuensi.
Hasilhubunganantarakecerdasanemosi
denganperilakudelinkuensipadaremaja yang terlibattawuran diJakarta
pada penelitianini tergolongbesar, yakni0,702.Berartiterdapat hubunganyangcukupkuat darikecerdasan
emositerhadapterjadinya
perilakudelinkuensi.HalinisejalandenganpernyataandariGoleman
(2000)yangmenyatakanjikabanyakfaktoryang
dapatmenyebabkanterjadinyakenakalan yang
dilakukan olehremaja,misalnyatumbuh
dalam keluarga yangbermasalah,kemiskinandanlain sebagainya.Namunadaperanyangdilakukan olehketerampilan ataukecerdasan emosional yangmelebihikekuatankeluargadanekonomi, danperanitusangatpentingdalammenentukan sejauh
manaremajaatauseoranganak
tidak dipengaruhiolehkekerasan
atausejauhmana merekabertahansaatmenghadapikekerasan.
Kecerdasanemosidarisubjekpenelitian
inisebagianbesar tergolongpadakategori
sedangdanrendah(tabel4.6).Daridatatersebut
telahdigabungkanantarasubjekpenelitianyaitu
44remajalaki-lakiyangpernahterlibattawuran diSMK'B'Jakarta,dan populasi yaitujumlah
keseluruhankelasXIIdiSMK'B'Jakarta.Dari127
siswayangmengikutipengisiankuisionerdalam penelitian initerdapat 44 siswayang pernah terlibattawurandan83 siswayangtidakpernah melakukantawuran.Darinormauntuk
kecerdasanemosidapat dilihatjikaterdapat26
subjekyangtergolongke
dalamkecerdasan emosirendah dansangat rendah.Jumlah
keseluruhansubjek yangtergolongrendah dan sangatrendahterdapatpadasubjekyangpernah terlibattawuran,dan18subjek yangpernah terlibattawuranmemilikikecerdasan emosi yangtergolongsedang.Daridatanormayangada dapat dikatakanbahwakecerdasanemosidari subjekpenelitiancenderungrendah.
Sedangkanuntukperilakutawurandari subjekpenelitianinisebagianbesar
tergolong sedang,tinggi,dansangattinggi(tabel4.9).dari
127siswa
yangmengisikuisionerterlihatjelas
padatabel4.9jika44subjekyangpernahterlibat
tawurantergolongkedalamkategoritinggidan
sangattinggi.Hanya4subjek
yangmasukke dalamkategorisedang.Terlihatjelas
perbedaan antarasiswayangpernahterlibatdalamtawuran danyangtidakpernahterlibat dalamtawuran.Darikecerdasanemosinya-punterlihatjikasiswa yang pernah terlibat tawuran memiliki
kecerdasan emosiyangcenderungrendah. Analisisnorma inisemakinmenguatkanhasil
penelitianini jikaterdapathubungannegatif
antarakecerdasan
emosidenganperilaku tawuranpadaremajalaki-lakidiSMK'B'Jakarta.
Walaupundari127remajalaki-lakidi
SMK 'B'Jakarta hanya 44 siswa
yang dapat dijadikansubjekpenelitianuntukremaja yang
pernahterlibat tawuran,namunhalinicukup mengkhawatirkandikarenakanhanya dalam satusekolahdiJakartajumlahsiswa yang
melakukanperilakutawuran cukuptinggi.Jika dikaitkandengandatadariKomisiPerlindungan
AnakIndonesiamengenaikasustawuranpelajar
diDKIJakartapadatahun2013yangberjumlah
255kasus,makabisadikatakanjikaremajayang
terlibat
dalamtawurandiJakartainisangat
banyakjumlahnya.
Denganbanyaknyaremajayangterlibat dalam tawuran
ini menjadi sangat mengkhawatirkanmengingat salahsatutugas perkembanganpadamasaremaja
adalah menjadi warga Negarayangbertanggungjawab. Dimana untukdapatmewujudkantugasini,
umumnyaremajaberusahamempersiapkandiri
denganmenempuhpendidikanformaldannon-
formalagar memilikitarafilmupengetahuan, keterampilan/keahlian yangprofessional
Havighurst(dalamDariyo,2004).Schaie(dalam
Dariyo,2004)mengatakanjikamasa
tersebut
diistilahkansebagaimasaaquisitifyaknimasadi
mana remajaberusaha untuk mencari
bekal pengetahuan dan keterampilan
guna mewujudkancita-citanya agarmenjadiseorang ahli yangprofesionaldibidangnya.Karenaitu adalahhalwajar agarremajadipersiapkandan
mempersiapkan dirisecaramatangdansebaik-
baiknya.Setiap
sekolah yangada pastinya
mengajarkanhal-halbaikkepadasiswanyaguna
mempersiapkandiripara siswauntukterjunke masyarakat.Namunkenyataanyangterjadipada saatinimarakterjaditawuran
atauperkelahian antar sekolahyangdilakukanolehparasiswa.Tentusajatawuraniniadalahkegiatan yang
negatifdantidakadamanfaatnya untukpara
remaja.Tawuranhanya
akanmenyebabkan korbandankerugianfisikmaupunmateri.
Perilakupenyerangan atautawuranini
adalahperilaku yangdiakibatkankurangnya kemampuanseorangremajauntukmengelola
emosiataukemarahannya.Halinisejalan 
denganpernyataanSalovey
danMayer(1990) yangmengatakanjika orangyangmemiliki kecerdasan
emosimampumenyalurkan kemarahannya untukhal-halyangpositif.Bisa dicontohkandalamhaltawuranremajaini.Jika seorangremaja yangmerasamarahatautidak
terimajikasekolahnya diserangataudiperolok olehsekolahyangdianggap'musuh'nya,remaja yangmempunyaikecerdasan emosiyangbaik akandapatmenyalurkankemarahannyamelalui
hal yanglebih positif,contohnyamungkin
denganmelakukansesuatuyang
bisamembuat sekolahnya lebih berprestasi
lagi.Kemarahannyabisa dijadikansebuahmotivasi untukmenjadilebihbaik.Sehinggahasil yang didapatdaripenelitianiniadalahremaja yang
memilikikecerdasan emosiyangtinggimaka akanmembuat perilakudelinkuensipada remajacenderungmenjadirendah.
Darihasilwawancarasingkat dengan guru sekolahtersebut, yanghasilwawancara terdapatpadalatarbelakang,dapat diambil kesimpulanjika sekolahsendirisudahcukup
banyakmengupayakancaraagarmeminimalisir terjadinya tawuranini.Namunkembalilagi kepada
siswanyamasing-masing.Tiap-tiap individupastinyamemilikicaraberpikir dan kemampuanmengolah
emosiyangberbeda. Dankemampuanmengolahemosiyangrendah inilahyangmembuatseorangremaja akan melakukantawuran. Semuadoktrinataupun ajakanuntukmelakukantawuran,perkelahian,
ataupunpenyeranganterhadap
sekolahlain tidakakanberpengaruhuntukremaja yang
memilikikecerdasanemosiyangtinggi.
Penelitianinidilakukanhanya pada
subjeklaki-laki.Dikarenakandalambeberapa teori
mengenai perilaku delinkuensi menyebutkanjikaanaklaki-lakilebihbanyak
yang melakukan kenakalan
remaja dibandingkan anakperempuan.Anaklaki-laki lebihseringterlibat
dalamperilakukekerasan.
Menurut penelitian dari
Saad (2003) perbandingan
anak laki-laki dan
anak perempuan melakukantindakan perkelahian pelajaradalah50:1.
Penelitianinitentunya memiliki
beberapakelemahanyangdapatmempengaruhi
pembahasanatauanalisispadasubjek.Beberapa
kelemahan dalampenelitianiniyaitu:Metode pengambilan datamenggunakanujiterpakai. Dimanaalatukur yangdigunakanpadasubjek tidakmelaluiujicobaawalsebelumnya.Ujicoba
bergunauntukmengetahuiapakahaitem-aitem yang tersediasudahcukup jelasdan mudah dipahami.Sedangdalam penelitianini
penyusunan alat ukurhanyadibantuolehrater
atauprofessionaljudgment
dalammenilai perbaikankalimat yangdigunakandalamalat ukur tersebut.Namunujicobaterpakai digunakankarena
keterbatasannyajumlah
populasisubjek.Kelemahan selanjutnya
penelitianinihanya dilakukandisatusekolah.Sehinggajumlahsubjek yangdidapattidak
terlalubanyak.
KESIMPULANDANSARAN
Berdasarkanhasilujianalisa
data didapatkan sebuahkesimpulanjika terdapat
hubungannegatifantarakecerdasan emosi denganperilakudelinkuensipadaremaja yang
pernahterlibattawuran diJakarta.Hubungan negativeinimenunjukkanjika
semakintinggi kecerdasan
emosiseorangremajamakan akansemakinrendah perilaku delinkuensiatau kenakalanpada
remaja.Saranuntukpeneliti selanjutnya:mengumpulkandatapastijumlah pelajar yangtawuransehinggamemungkinkan untukmenggunakanmetoderandomsampling. Jikainginmenelitimengenaitawuran pelajar bisa melakukanpenelitiandibeberapasekolah
agarmendapatsubjekyanglebihbanyak.Saran untuksekolah yangsiswanyaterlibattawuran: bisamemberikanpendekatansecaraindividual
kepadasiswa yangterlibattawuran.Karena pendekatanindividualinidapatmelatih siswa
agar lebihmemilikiketerampilanmemahami
emosi.Saranuntukremajayangterlibattawuran
:untukmencegahterjadinyatawuransebaiknya siswalangsungkembalikerumahmasing-masingsetelahpulangsekolah.Jikainginmelakukanaktifitas lainbisa dilakukandisekolahkarena
akanlebihamandenganpengawasanguru,dankemungkinan terjadinyapenyerangandarisekolahlainpunsemakinkecil.Untukpararemaja
yangmerasamudah terpancingemosiakibatpenyerangansekolahlaidapatmencobauntukmenyalurkankemarahannyapada kegiatansepertiolahragadanekstrakulikulerlainnyadisekolah.
DAFTARPUSTAKA
Baron, R.A., Byrne, D. (1994).Social psychology: understanding human interaction, (10th ed.),Allyn& Bacon,ADivisionofSimon& Schuster,
Inc, Boston.
CastilloR, SalgueroJM, Fernández-Berrocal P,
BalluerkaN. (2013).Effects
of an emotional intelligence intervention on aggression and empathy
among adolescents.Journalof adolescent.
Dariyo,A,
(2004).Psikologi Perkembangan
Remaja, Bogor: GhaliaIndonesia.
E.Bynum,Jack.DanE.Thompson,William.(2002).JuvenileDelinquencyaSociologicalApproach.Boston: APearsonEducationCompany.Fiftheditions.
GolemanD. (1997).Kecerdasan Emosional: Mengapa
EI Lebih Penting daripada IQ. HeryanaT, penerjemah. Jakarta(ID): PTGramediaPustakaUtama.
Hurlock, Elizabeth, B. (1999).Psikologi
Perkembangan: “Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang
Kehidupan”(TerjemahanIstiwidayanti
& Soedjarno).Jakarta: PenerbitErlangga.
Jensen, G., &Rojek,
D. G.
(1992).Delinquency and youth crime. ProspectHeights,
Ill:Waveland. Kartono, Kartini. (2006). KenakalanRemaja. Jakarta: RajaGrafindoPersada
Kim, D. H.,Wang, C., Ng,
K. M. (2010).Araschratingscalemodelingoftheschutteself- Report
emotional intelligencescaleinasampleofinternationalstudents. Assessment,17,4, 484-496.
Lomas, J.,
Stough, C., Hansen, K.eDowney,
L.A. (2011) Briefreport: Emotional
intelligence,
victimisationand bullying inadolescents.
JournalofAdolescence, doi:10.1016/j.adolescence.2011.03.002.
Magai, C., Distel, N.,
& Liker, R. (1995).Emotionsocialisation,attachmentandpatternsof
adult emotionaltraits.Cognitionand
Emotion, 9(5),461–481.
Mayer, J.
D., & Salovey, P.
(1997).Whatisemotional intelligence?
InP. Salovey&D. Sluyter(Eds.),
Emotional development and emotional intelligence:Educational implications (pp. 3–31). NewYork,
NY: BasicBooks.
Moskat,H.J., & Sorensen, K.M. (2012). Let's talk
about feelings: Emotional Intelligence
andAggression
Predict Juvenile Offense. Honorsin
Psychology,WhitmanCollege.
Moesono,A.dkk.(1996).Faktor-faktor pendukung terjadinya perkelahian
sekolah
dan kecenderungan pemecahan masalah oleh siswa.KerjasamaproyekPembinaanAnak&RemajaDirjend Kebudayaan
danPusatPenelitianKemasyarakatan& BudayaLembagaPenelitianUI.
Monks, F.J., Knoers,A.M.P., Rahayu,
Haditono, Siti, (1999).Psikologi Perkembangan:
Pengantar Dalam
Berbagai Bagiannya,
Cetakan2, GadjahMadaUniversityPress,Yogjakarta.
Munthe, J. (2013,
21 Desember).2013,Tawuranmeningkattajam.sh.news[on-line].
Diaksespada tanggal 27 Desember2013dari http://www.shnews.co/detile-29900-2013-tawuran-pelajar- meningkat-tajam.html
Mustofa, M. (1998).Perkelahian massal
pelajar antar sekolah
di DKI Jakarta Studi kasus
berganda, rekonstruksi berdasarkan paradigma
konstruksivisme.Disertasi (TidakDiterbitkan). Depok:FakultasPsikologi UniversitasIndonesia.
Pallant, J. (2011). SPSS Survival Manual
(4th Ed).Sydney: MidlandTypesetter.
Papalia,
D.E., Olds, S.W.danFeldman, R.D. (2007). HumanDevelopment.10thedition.NewYork:
McGrawHill.International Edition.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar